Tahap Mengajari Anak Berpuasa – Sebelumnya pada postingan “Kapan Anak Kita Diajari Berpuasa?” kita bisa tahu bahwa umur ideal untuk mulai melatih anak berpuasa adalah pada usia 4 tahun. Pendapat ini diperkuat oleh dr. Susatyo JP, dokter yang mengisi rubrik konsultasi kesehatan dalam Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia di Jerman.
Nah, sekarang bagaimana tahap mengajari anak berpuasa? Tentunya kita tidak bisa memaksa anak untuk langsung berpuasa sampai maghrib seperti orang dewasa kan? Berikut ini beberapa tips yang mungkin bisa membantu Anda dalam menjalani tahap mengajari anak berpuasa.
-
Berikan pendidikan Islam pada Anak sejak dini
Memasukkan anak ke PAUD atau Taman Kanak-Kanak yang dikelola secara Islami bisa jadi salah satu cara untuk memperkenalkan anak pada konsep ibadah Islam sejak dini, termasuk shalat dan puasa. Memanggil guru mengaji ke rumah atau mengikutkan anak di Taman Pendidikan Qur’an. Sekolah Islam biasanya mengadakan program khusus untuk anak-anak saat Ramadhan. Di sini anak bisa sedikit demi sedikit belajar (sambil bermain dalam suasana yang menyenangkan) bersama guru dan teman-teman mereka soal konsep puasa dan bulan Ramadhan.
Bagus jika pendidikan Islami ini diteruskan hingga jenjang-jenjang berikutnya. Selanjutnya proses akan berjalan secara alami. Ingat, anak kecil gampang sekali meniru lingkungannya. Jika anak dibesarkan di lingkungan yang orang-orangnya biasa melakukan shalat dan berpuasa, secara otomatis anak pun akan meniru dan menyesuaikan diri.
-
Menjelaskan konsep puasa dan Ramadhan melalui dongeng dan cerita
Pendidikan Islami juga bisa diberikan melalui dongeng dan cerita. Ceritakan bagaimana Nabi dan para sahabatnya menjalankan puasa (misal, cerita bahwa Nabi dan para sahabatnya menang perang Badar saat berpuasa di bulan Ramadan, atau cerita soal orang saleh yang berpuasa saat ditimpa kesulitan hidup, lalu Allah mendatangkan keajaiban dan pertolongan bagi orang itu).
Bisa juga dengan cerita-cerita anak yang mengisahkan bagaimana para tokohnya belajar menjalankan puasa. Contohnya dengan buku-buku pendidikan puasa bagi anak seperti di bawah ini. Ilustrasi yang lucu dan berwarna pada buku-buku tersebut akan membuat anak semakin tertarik untuk mempelajari isinya. Jika anak belum bisa membaca, bacakan untuk mereka, mereka juga bisa menyerap dengan cara seperti itu.
Buku-buku tersebut bisa membantu kita menjelaskan konsep berpuasa untuk anak. Misalnya menjelaskan mengapa harus berpuasa, atau kenapa beberapa perempuan tidak berpuasa saat sedang menstruasi, dan etika menghormati orang yang berpuasa.
Saya masih ingat, ketika masih sekolah dasar (antara kelas 2 atau 3), sebuah cerpen dari majalah Bobo memberi saya ide untuk belajar puasa. Sebelumnya saya hanya puasa bedug alias hanya sampai tengah hari. Sedangkan tokoh anak di cerpen itu menjalankan puasa dua kali tengah hari. Jadi si anak puasa sampai siang hari, lalu berbuka. Setelah itu ia menyambung lagi puasa sampai maghrib. Setelah membaca cerpen itu, saya pun terinspirasi untuk menirunya agar lebih latihan berpuasa, sampai pada akhirnya saya pun kuat berpuasa hingga maghrib.
-
Lakukan secara bertahap
Latihlah anak berpuasa secara bertahap. Seperti yang saya alami saat kecil. Pertama-tama puasa bedug alias puasa sampai siang dulu. Saat itu jam 12 siang saya berbuka. Setelah lebih kuat, saya berpuasa dua kali tengah hari karena terinspirasi oleh sebuah cerpen di majalah anak. Jadi berpuasa dari subuh sampai jam 12 siang lalu berbuka, kemudian dilanjutkan lagi dengan berpuasa sampai maghrib.
Ketika akhirnya mencoba berpuasa sampai maghrib, saya tak langsung bisa mencapai target. Pernah jam 4 sore sudah tak tahan, lalu berbuka. Pernah juga jam 5 sore langsung berbuka, sampai diketawain oom dan ortu. Kok nanggung banget mokel mendekati maghrib. Waktu itu saya masih sekitar kelas 2 atau 3 SD.
Bagaimana dengan balita? Situs The Asian Parents merinci beberapa tahapannya. Di tahun pertama saat anak balita Sobat Cerdas mulai berlatih puasa, biarkan mereka berpuasa antara 3-4 jam. Puasa untuk balita tak berarti dilarang makan dan minum seharian penuh, tetapi menunda jam sarapan. Misal, jika anak biasa sarapan jam 7, maka katakan padanya bahwa sarapannya ditunda hingga jam 9 atau 10 pagi.
Latih buah hati Anda untuk makan sahur bersama. Bangunkan anak dengan lembut. Tentunya tidak mudah bagi anak yang baru belajar puasa untuk bangun lebih lebih awal demi sahur. Jadi hargailah usahanya. Jangan dengan paksaan. Waktu masih kecil dulu, beberapa kali saya terlambat bangun sahur. Setelah subuh baru “nyawa berkumpul semua”. Akhirnya saya sarapan, tapi lalu tetap berpuasa sebagai latihan. Dan orangtua pun membiarkan saya tetap berpuasa. Namun, di hari-hari berikutnya usaha untuk membangunkan saya tak pernah berhenti. Juga, agar anak semakin semangat berpuasa, siapkan menu sahur dan berbuka favorit dan menarik.
Perhatikan kekuatan anak. Setiap anak memiliki batas ketahanan yang berbeda. Jika anak sudah tidak kuat dan lemah, persilakan mereka untuk berbuka. Tapi kalau anak masih terlihat segar dan kuat, ajak dan semangati mereka untuk meneruskan berpuasa sampai ashar atau bahkan saat maghrib.
Di awal latihan, puasa Ramadhan adalah waktu penyesuaian tubuh terhadap rasa lapar. Anak-anak bisa jadi akan lemas dan mengantuk. Jadi biarkan mereka tidur siang untuk menghemat tenaga, tapi jangan sampai tidur berlebihan. Ajak mereka bermain atau mengaji bersama anak-anak seusia mereka di masjid atau TPA. Sehingga menunggu waktu berbuka puasa pun jadi tak terasa panjang.
Demikian beberapa tips tahapan mengajari anak berpuasa. Semoga bermanfaat bagi Sobat Cerdas yang ingin mengajari buah hatinya berlatih menjalankan salah satu rukun Islam ini.
Referensi:
https://id.theasianparent.com/yuk-ajari-anak-berpuasa
http://life.viva.co.id/news/read/170554-kapan-waktu-tepat-ajari-anak-puasa