in

“Solilokui Sunyi”, Penerimaan Fidelis, Tegar dalam Penerimaan

“Solilokui Sunyi”, Penerimaan Fidelis, Tegar dalam Penerimaan – Mengikuti kasus Fidelis yang ditangkap dan divonis 8 bulan benjara serta denda 1 M subsider kurungan 1 bulan penjara membuat hati ini terenyuh. Sebagai informasi, vonis tersebut didapat karena Fidelis terbukti menanam 39 pohon ganja untuk pengobatan istrinya. Bayangkan, vonis yang didapat karena “menyelamatkan nyawa istri” meskipun dia sendiri harus mengorbankan dirinya. Mengorbankan nama baiknya. Mengorbankan kariernya. Demi cinta dan keluarga yang disayanginya.

Sungguh, saat saya membaca tulisannya, hati ini terharu. Teriris-iris. Betapa tegar hatinya harus menghadapi semua ini.

Dokumentasi Keluarga. Diambil dari Kompas.com

Berikut isi catatan Fidelis yang saya kutip dari Kompas.com, pada Selasa (8/8/2017) sore, yang berjudul Solilokui Sunyi.

“Saat ini, saya masih di dalam penjara. Ketika bangun dari tidur dan saya membuka kedua mata saya, saya pun masih berada di dalam penjara.

Saya sadar keberadaan saya di dalam penjara ini adalah karena perbuatan saya sendiri, perbuatan yang menurut undang-undang di negara ini tidak boleh dilakukan.

Saya tidaklah pernah menginginkan semua ini terjadi. Tidak pernah terbayang jika saya dan almarhumah istri saya harus bergumul dengan penyakit syringomyelia, penyakit yang membuat rumah sakit-rumah sakit besar di tempat kami tinggal hanya bisa menebak-nebak diagnosa atau rujukan untuk almarhumah istri saya.

Pelarangan yang ada di negara ini, akhirnya menjebak saya dalam sebuah skenario hukum yang menempatkan saya dalam keterpurukan yang sangat dalam sebagai manusia.

Perpisahan dan kematian menjadi luka yang teramat sangat perih dalam catatan riwayat hidup saya. Banyak pihak yang ingin dan telah memberikan dukungan dan bantuan kepada saya untuk meruntuhkan jeruji yang telah mengurung nilai dan rasa kemanusiaan ini.

Namun, jeruji ini terlalu kuat untuk diruntuhkan. Keluarga kecil saya tidak lagi utuh dan semakin kehilangan kekuatannya setelah nyawa istri saya terenggut dalam ketidakberdayaan. Tanpa seorang istri, tanpa seorang ibu yang telah melahirkan kedua anak saya.

Pada titik ini, saya yang akhirnya harus ikhlas menyandang predikat sebagai narapidana, bersama banyak kawan-kawan narapidana lainnya, hanya bisa berharap agar waktu bergulir lebih cepat menuju titik akhir dari skenario-skenario hukum yang harus kami jalani, sambil memungut puing-puing cinta yang telah berserakan untuk membangun kembali sebuah keluarga kecil di bumi tempat kami dilahirkan.

Rutan Kelas IIB Sanggau, 06 Agustus 2017, hormat saya, Fidelis Arie Sudewarto”.

Salut untuk bang Fidelis. Perjuangannya dan penerimaannya akan selalu menginspirasi. Demikian pula “Solilokui sunyi” ini. Semoga selalu sehat dan tabah…

Bagikan ke:

Cara Mudah Memperpanjang Masa Aktif Kartu Indosat

Cara mengirimkan peta lokasi GPS via WhatsApp