in

Kisah Nasrudin – Alternatif

Pintu kayu yang tertutup dari rumah batu

Penafian: Cerita ini disajikan hanya sebagai preview dari karya tulis
The Exploits of the Incomparable Mulla Nasrudin by Idries Shah dan ditujukan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan terjemahan.


Daftar Isi

The Alternative (Inggris)

‘I am a hospitable man,’ said Nasrudin to a group of cronies at the teahouse.

‘Very well, then take us all home to supper,’ said the greediest.

Nasrudin collected the whole crowd and started towards his house with them.

When he was almost there, he said:

‘I’ll go ahead and warn my wife: you just wait here.’

His wife cuffed him when he told her the news. ‘There is no food in the house – turn them away.’

‘I can’t do that, my reputation for hospitality is at stake.’

‘Very well, you go upstairs and I’ll tell them that you are out.’

After nearly an hour the guests became restless and crowded round the door, shouting, ‘Let us in, Nasrudin.’

The Mulla’s wife went out to them.

‘Nasrudin is out.’

‘But we saw him go into the house, and we have been watching the door all the time.’

She was silent.

The Mulla, watching from an upstairs window, was unable to contain himself. Leaning out he shouted: ‘I could have gone out by the back door, couldn’t I?

Alternatif (Indonesia)

“Aku ini pria ramah,” kata Nasrudin kepada sekelompok sobat karibnya di kedai teh.

“Kalau benar begitu, ajak kami semua pulang dan makan malam di sana,” kata si paling rakus.

Nasrudin meminta mereka segera berkumpul dan mulai berjalan pulang bersama.

Ketika hampir sampai di sana, dia berkata:

“Aku akan masuk dan memberi tahu istri dulu. Kalian tunggu saja di sini ya.”

Saat Nasrudin menyampaikan berita itu, istrinya menepuk badannya. “Gak ada makanan sama sekali di rumah. Usir saja mereka.”

“Nggak bisa, reputasiku sebagai orang ramah dipertaruhkan.”

“Kalau begitu, kamu naik ke lantai atas dan aku akan beri tahu mereka bahwa kamu keluar.”

Setelah hampir satu jam, para tamu itu gelisah dan berkerumun di sekitar pintu sambil berteriak, “Biarkan kami masuk, Nasrudin.”

Istri Nasruddin lalu keluar dan menghampiri mereka.

“Suamiku, Nasruddin, sudah keluar rumah.”

“Kok bisa. Kami tadi lihat saat ia masuk. Kami selalu lihat pintu itu dan tidak ada yang keluar”.

Sang istri pun terdiam.

Nasruddin, yang mengintip dari jendela di lantai atas, tidak bisa menahan diri. Sambil mencondongkan badan, Nasruddin berteriak: “Bisa saja kan aku keluar lewat pintu belakang?”

Bagikan ke:
doa qiyamul lail

Meraih Pahala Qiyamul Lail Semalam Penuh

Not Jesus' tomb, but a tomb none the less.

Kisah Nasrudin – Mengapa kita di sini